Rochunesia - Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari Amerika Selatan di daerah pegunungan Andes yang meliputi Negara Bolivia, Chili dan Peru. Kentang masuk ke Indonesia di sekitar Cimahi sejak penjajahan Belanda pada tahun 1794. Kentang mulai dikembangkan secara umum di Jawa pada tahun 1920-an dengan luas tanam 18.000 ha. Kentang dibudidayakan pada daerah dataran tinggi yang memiliki suhu udara rendah dan curah hujan sedang hingga tinggi. Kentang saat ini banyak di kembangkan di sentra-sentra budidaya kentang seperti Brastagi (Sumatera Utara), Toraja (Sulawesi Selatan), Dieng (Jawa Tengah), Lembang (Jawa Barat) dan Tengger (Jawa Timur).

Klasifikasi dan Budidaya Kentang
Tanaman Kentang
(sumber: kompasiana.com)

Kandungan Gizi Kentang
Kentang merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang bergizi. Zat gizi yang terdapat dalam kentang antara lain karbohidrat, mineral (besi, fosfor, magnesium, natrium, kalsium, dan kalium), protein, serta vitamin terutama vitamin C dan B1. Selain itu, kentang juga mengandung lemak dalam jumlah yang relatif kecil, yaitu 1,0 – 1,5% (Samadi, 1997). 

Klasifikasi Kentang
Taksonomi kentang adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.

Teknik Budidaya Kentang
a. Pengolahan Lahan
Budidaya kentang membutuhkan tanah yang gembur maka harus dilakukan pembajakan atau pencangkulan. Tanah dibajak atau dicangkul dengan kedalaman kurang lebih 30 cm. setelah dilakukan penggemburan, maka langkah selanjutnya yaitu dilakukan penjemuran minimal satu minggu.
Untuk pembuatan bedengan umumnya dibuat dengan lebar 80 cm, tinggi 10 cm serta panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar bedengan kurang lebih 40 cm yang berguna untuk akses aliran air hujan agar tidak menggenangi bedengan. Pembuatan bedengan dimaksudkan agar tanaman kentang tidak terendam saat hujan turun. Karena tanaman kentang merupakan tanaman yang sensitif, tidak menyukai kondisi tanah yang terlalu basah maupun terlalu kering. 

b. Pemberian Pupuk Dasar
Pemberian pupuk dasar dilakukan dengan cara ditaburkan secara merata diatas bedengan. Pupuk yang baik untuk digunakan yaitu pupuk kandang yang telah matang, dengan dosis 20-30 ton/hektar lahan. Dapat juga ditambahkan pupuk NPK sebanyak 300-350 kg/hektar lahan. Kemudian pupuk ditutup dengan tanah agar tidak tergerus air saat hujan atau menguap karena terik matahari. Biarkan selama 10-15 hari sebelum penanaman dilakukan. 

c. Proses Pemilihan Bibit Kentang
Bibit kentang yang siap tanam harus melalui proses penyimpanan selama kurang lebih tiga bulan yang bertujuan untuk mengetahui bibit kentang tersebut dapat bertunas dengan baik. Seleksi pemangkasan tunas dilakukan pada umbi yang telah bertunas, apabila umbi memiliki tunas dengan panjang lebih dari 2 cm maka harus dibuang. Alasannya tunas yang terlalu panjang kurang baik untuk ditumbuhkan. Berat umbi yang baik untuk bibit kentang berkisar 30-50 gram per buah. 

d. Proses Penanaman
Penanaman umbi kentang dalam garitan dengan jarak tanam 20-30 cm. Setelah umbi ditanam, tutup dengan tanah sehingga membentuk guludan setinggi 10-20 cm. Sedangkan pada bagian kiri dan kanan guludan akan membentuk parit untuk drainase.
 
e. Pemeliharaan Kentang
Proses pemeliharaan tanaman kentang terdiri dari penyiraman, penyiangan gulma & pengguludan, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit tanaman.
 
Ø Penyiraman
Penyiraman tanaman khususnya tanaman kentang dilakukan sesuai dengan kondisi tanah dan cuaca. Di daerah yang lembab dan sering turun hujan, maka relatif tidak memerlukan penyiraman. Namun apabila keadaan tanah terlihat kering, maka lakukan penyiraman pada tanah. Selain itu juga harus memperhatikan kondisi tanah. jangan sampai terlalu basah apalagi sampai tergenang.
 
Ø Penyiangan Gulma & Pengguludan
Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan perbaikan guludan. Biasanya hal ini dilakukan setelah satu bulan penanaman. Gulma bisa dibersihkan dengan sabit atau koret, setelah gulma dibersihkan maka guludan harus diperbaiki. Penyiangan gulma berikutnya dilakukan setelah tanaman berumur dua bulan. Setelah itu, tidak diperlukan lagi penyiangan, karena tajuk tanaman sudah rimbun sehingga gulma sulit tumbuh.
 
Ø Pemupukan Tanaman Kentang
Agar menghasilkan panen yang melimpah maka dibutuhkan pemupukan rutin setiap 20 hari sekali sejak masa tanam dengan dosis :
· Pupuk Urea 500kg/ha
· Pupuk ZA 150kg/ha
· Pupuk KCL 100kg/ha
· Pupuk SP36 400kg/ha
Pemupukan dapat dilakukan dengan cara menaburkannya diantara lubang tanam yang sudah terdapat umbi Kentang yang sudah ditanam. 

Ø Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit merupakan hal yang sangat penting dalam budidaya kentang. Produktifitas tanaman kentang sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan tanaman. Penyemprotan fungisida maupun insektisida dimulai sejak tanaman berumur 10 hari. Interval penyemprotan dilakukan dua kali seminggu, atau tergantung dari gejala kerusakan yang terlihat. Jenis-jenis hama dan penyakit yang biasa ditemukan dalam budidaya kentang di Indonesia antara lain: busuk daun (Phytophthora infestans), penyakit layu bakteri (Pseudomonas Solanacearum), bercak lunak (Altenaria Solani), ulat gulung (Phthorimae Operculella) dan penyakit layu fusarium (Fusarium Oxysporum). 

f. Panen
Umur tanaman kentang sampai siap panen bergantung pada jenis varietas, tinggi lahan dan musim. Secara umum satu siklus budidaya kentang sampai umbi siap dipanen antara 80-120 hari. Pemanenan harus diperhatikan, jangan terlalu dini atau terlalu tua. Panen yang terlalu dini, membuat kualitas kentang rendah karena pembentukan karbohidrat dlam umbi masih belum optimum. Sedangkan pemanenan yang terlalu tua meningkatkan resiko umbi kentang terserang penyakit dan rusak. 

Untuk mengecek kesiapan panen, umbi kentang digali secara acak. Pengambilan sampel harus dilakukan secara merata sehingga mewakili lokasi tanam. Umbi yang sudah diambil dilihat tingkat kematangannya. Atau, bila kita sudah terampil bisa dengan cara memperhatikan bentuk dan warna daun. Tanaman yang siap panen, warna hijau daunnya mulai pudar dan terlihat kering. 

Pemanenan bisa dilakukan dengan garpu, dalam hal ini harus diperhatikan benar jangan sampai garpu melukai bagian umbi. Apabila takut umbi rusak terkena sosokan garpu, pemanenan bisa dilakukan dengan kored, atau cangkul tangan. Dengan alat ini resiko kerusakan lebih kecil, namun proses panen lebih lama. Setelah umbi digali, biarkan beberapa saat atau jemur untuk beberapa saat. Sehingga lapisan tanah yang menyelimuti umbi mudah dibersihkan. Lalu kemas umbi kentang kedalam karung atau keranjang. 

Daftar Pustaka
Samadi. 1997. Usaha tani kentang. Kanisius, Yogyakarta.