Rochunesia - Padi termasuk ke dalam tanaman pangan berupa rumput berumpun yang berasal dari dua benua
yaitu Asia dan Afrika Barat. Penanaman padi sendiri sudah
dimulai sejak tahun 3.000 sebelum masehi di Zhejiang, Tiongkok (Purwono dan
Purnamawati, 2007).
Komoditas
tanaman utama di Indonesia adalah tanaman padi. Penduduk Indonesia telah
menanam tanaman padi sudah dari dulu, dari lahan subur maupun lahan marjinal
pun tanaman padi dapat ditanami. Hal itu karena sebagian besar dari penduduk
Indonesia mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan pokok. Padi sebagai makanan
pokok dapat memenuhi 56 – 80% kebutuhan kalori penduduk di Indonesia (Syahri
dan Somantri, 2016).
Bagian dari bulir padi (gabah) yang telah terpisah dari sekam (kulit)
(sumber: blogregopantes.com)
Menurut Badan Pusat Statistika
(2010) produksi padi tahun 2009 (ATAP) sebesar 64,40 juta ton Gabah Kering
Giling (GKG), meningkat sebanyak 4,07 juta ton (6,75 persen) dibandingkan tahun
2008. Produksi padi tahun 2010 (ARAM II) diperkirakan sebesar 65,15 juta ton
GKG, meningkat sebanyak 751,87 ribu ton (1,17 persen) dibandingkan tahun 2009.
Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena peningkatan produktivitas sebesar
0,63 kuintal/hektar (1,26 persen), sedangkan luas panen diperkirakan mengalami
penurunan seluas 12,63 ribu hektar (0,10 persen).
Klasifikasi Padi
Taksonomi
tanaman padi secara lengkap menurut Tjitrosoepomo, (1994) adalah sebagai
berikut :
Divisio
: Spermatophyta
Sub
Divisio : Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Poales
Famili
: Graminae
Genus
: Oryza
Spesies
: Oryza sativa.
Tanaman Padi
(sumber: muslimobsession.com)
(sumber: muslimobsession.com)
Teknik Budidaya Padi
Budidaya padi menurut Bobihoe
(2007) antara lain:
a. Penyiapan Lahan dan
Pengelolaan Air
Pengolahan
tanah dapat diolah pada saat jenuh air maupun saat kering. Pengolahan tanah berguna untuk menyediakan pertumbuhan yang baik bagi tanaman padi
(berlumpur dan rata) dan untuk mematikan gulma. Pengolahan tanah dilakukan dua
kali dengan mengunakan bajak singkal yang ditarik traktor atau ternak. Setelah
pengolahan I, sawah digenang selama 7-15 hari kemudian dilakukan pembajakan II
diikuti penggaruan untuk meratakan dan pelumpuran. Pupuk organik jerami atau
pupuk kandang diberikan saat pengolahan tanah kedua sebanyak kurang lebih 1-2 ton/ha.
b. Pemilihan Varietas
Badan
Litbang Pertanian telah merakit sejumlah varietas unggul baru (VUB) padi sawah,
masing-masing varietas memiliki keunggulan tersendiri. Varietas padi yang
digunakan berasal dari varietas unggul yang telah dilepas oleh Pemerintah. Adapun ciri-cirinya
sebagai berikut: dapat menyesuaikan diri/beradaptasi terhadap iklim dan jenis
tanah setempat, citarasanya disenangi dan memiliki harga yang tinggi di pasar
lokal, daya hasil tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit dan tahan rebah.
Dalam pemilihan varietas perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
pergiliran varietas pada pola tanam padi-padi-palawija untuk mencegah ledakan
hama dan penyakit, pada musim hujan (MH) pilihlah varietas tahan wereng dan
penyakit, pada musim kemarau pilihlah varietas yang relatif toleran
kering dan kurang disukai hama penggerek.
c. Seleksi dan
Persiapan Benih
Menyeleksi
dan mempersiapkan benih dengan cara memasukkan benih ke dalam ember berisi air.
Benih yang akan ditanam adalah yang tenggelam dalam larutan tersebut.
Menempatkan benih terpilih ke dalam kantong kain strimin (longgar), kemudian
rendam dalam air hangat. Meniriskan, air dari kantong kain keluarkan dan
letakkan di tempat hangat. Perlakuan benih (seed treatment) bila
diperlukan.
d. Persemaian
Persemaian
dilakukan dengan menaburkan benih yang sudah direndam dan dikering anginkan
secara merata di bedeng persemaian.
e. Transplanting
Setelah
berdaun dua, kira-kira 10-15 hari di pesemaian (bibit muda), bibit siap
dipindah. Cabut bibit secara diagonal/miring, usahakan akar tidak putus. Angkat
bibit dengan tanah dari pembibitan, segera ditanam. Tanam dalam kondisi air
macak-macak. Tanam teratur, satu (1-2) bibit/lubang tanam.
f. Penanaman Bibit
Penanaman
bibit muda pada umur 10-15 hss memungkinkan bagi tanaman untuk tumbuh lebih
baik dengan jumlah anakan cenderung lebih banyak. Perakaran bibit berumur
<15 hari lebih cepat beradaptasi dan lebih cepat pulih dari stress akibat
dipindahkan dari persemaian ke lahan pertanaman. Jarak tanam disesuaikan dengan
varietas dan kesuburan tanah (25 x 25 cm atau20 x 20 cm. Bibit tanaman 1
batang/rumpun (maksimum 3 batang/rumpun) agar dapat tumbuh dan berkembang lebih
baik, perakaran lebih intensif, anakan lebih banyak. Bibit muda memiliki kemampuan
beradaptasi yang lebih baik dibandingkan dengan bibit tua (> 20 hari).
g. Pemupukan
Takaran
pupuk P dan K didasarkan pada hasil analisis tanah. Pupuk P diberikan pada saat
pemupkan dasar secara bersamaan dengan pemupukan pertama N 7-14 hst. Pupuk K
yang diberikan takarannya rendah sampai sedang (<100 kg KCL/ha), seluruh K
diberikan sebagai pupuk dasar, atau bersamaan dengan pemberian pupuk N yang
pertama. Dan bila pupuk K yang diberikan takarannya tinggi (>100 kg KCl/ha),
50 % K diberikan sebagai pupuk dasar atau bersamaan dengan pemberian pupuk N
yang pertama, dan sisanya diberikan pada saat primordia.
h. Pengendalian Hama
dan Penyakit Terpadu
Penggunaan
pestisida didasarkan pada pemantauan lapang agar dicapai efisiensi yang tinggi
dan tidak mencemari lingkungan. Komponen pengendalian
diterapkan sesuai dengan tahapan budidaya tanaman: pra tanam (sebelum tanam),
persemaian, fase vegetatif, fase generatif.
Strategi
pengendaliannya yaitu: menggunakan varietas tahan, menanam tanaman yang sehat;
termasuk pengendalian dari aspek kultur teknis (pola tanam tepat, pergiliran
tanaman, kebersihan lapang, waktu tanam yang tepat, pemupukan yang tepat,
pengelolaan tanah dan irigasi, tanam tanaman perangkap untuk mengendalikan
tikus); pengamatan berkala di lapang; pemanfaatan musuh alami seperti, pemangsa
(predator), misalnya laba-laba; Pengendalian secara mekanik, seperti :
menggunakan alat atau mengambil dengan tangan, menggunakan pagar, menggunakan
perangkap; pengendalian secara fisik, seperti menggunakan lampu perangkap.
Penggunaan pestisida hanya bila diperlukan dengan: insektisida, pestisida atau
fungisida.
i. Panen dan Pasca
Panen
Panen
dan pasca panen perlu ditangani secara tepat karena dapat menyebabkan kehilangan hasil
dan penurunan mutu selama proses panen dan pasca panen masih tinggi (sekitar 20
%). Penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik dapat menyebabkan kualitas
benih rendah. Selain itu, diharapkan panen padi dilakukan dengan sistem kelompok agar dapat menekan kehilangan hasil
dari 19 % menjadi 4 %.
Panen
pada waktu yang tepat dapat dilakukan dengan memperhatikan umur tanaman. Biasanya panen jatuh pada 30-35 hari setelah padi berbunga, jika 95 % malai
menguning, maka segera lakukan pemanenan. Panen dan perontokan menggunakan alat sabit bergerigi
atau mesin panen. Hasil dari panen kemudian dimasukkan ke dalam karung atau kalau ditumpuk
perlu diberi alas untuk mencegah gabah tercecer. Perontokan harus segera
dilakukan, dihindari penumpukan padi sawah sampai beberapa hari, untuk menjaga
kualitas, menekan kehilangan hasil dan kerusakan gabah.
Pengeringan
dilakukan dengan menjemur gabah di atas lantai jemur ketebalan gabah 5 – 7 cm
dan dilakukan pembalikan setiap 2 jam sekali. Pada musim hujan gunakan
pengering buatan. Pengemasan dan pengangkutan pada waktu pemanenan, perontokan,
pembersihan, pengeringan, maupun penyimpanan, dianjurkan menggunakan karung goni
atau plastik yang baik, tidak bocor, bersih, kuat, dan bebas hama. Simpan
gabah/beras dalam wadah yang bersih dalam lumbung/gudang, bebas hama, dan
memiliki sirkulasi udara yang baik.
Daftar Pustaka
Badan Pusat
Statistika. 2010. Produksi Padi Tahun 2009 (ATAP) Sebesar 64,40 Juta Ton.
<https://www.bps.go.id/pressrelease/2010/07/01/845/produksi-padi-tahun-2009--atap--sebesar-64-40-juta-ton.html>.
Diakses pada tanggal 2 November 2019.
Bobihoe, J.
2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian, Jambi.
Purwono dan H. Purnamawati.
2007. Budidaya 8 Jenis Pangan Unggul.
Penebar Swadaya, Depok.
Syahri dan R.U.
Somantri. 2016. Penggunaan varietas unggul tahan hama dan penyakit mendukung
peningkatan produksi padi nasional. Jurnal Litbang Pertanian 35 (1): 25-36.
Tjitrosoepomo G.
2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
0 Komentar